MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH
Surat Al Baqarah :
30
Artinya: “Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.”.” (QS Al Baqarah : 30)
a. Kandungan ayat
Allah SWT
menciptakan manusia di muka bumi agar manusia dapat menjadi kalifah di muka
bumi tersebut. Yang dimaksud dengan khalifah ialah bahwa manusia diciptakan
untuk menjadi penguasa yang mengatur apa-apa yang ada di bumi, seperti
tumbuhannya, hewannya, hutannya, airnya, sungainya, gunungnya, lautnya,
perikanannya dan seyogyanya manusia harus mampu memanfaatkan segala apa yang
ada di bumi untuk kemaslahatannya. Jika manusia telah mampu menjalankan itu
semuanya maka sunatullah yang menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi
benar-benar dijalankan dengan baik oleh manusia tersebut, terutama manusia yang
beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SWT.
Kesimpulan
kandungan Surat Al Baqarah : 30, diantaranya:
Allah
memberitahu kepada malaikat bahwa Allah akan menciptakan khalifah (wakil Allah)
di bumi
Allah
memilih manusia menjadi khalifah di muka bumi
malaikat menyangsikan kemampuan manusia dalam mengemban tugas sebagai manusia.
Menurut pandangan malaikat, manusia suka membuat kerusakan dan menumpahkan
darah
Malaikat beranggapan bahwa yang pantas menjadi khalifah di bumi adalah dirinya.
Malaikat merasa selalu bertasbih, bertauhid dan menyucikan Allah
Allah
lebih mengetahui apa yang tidak diketahui oleh malaikat
2. Surat Al
Mukminun : 12-14
Artinya: “12. Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. 13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). 14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS Al Mukminun : 12-14)
a. Kandungan ayat
Dalam surat Al
Mukminun ayat 12-14 Allah SWT menerangkan tentang proses penciptaan manusia.
Sebelum para ahli dalam bidang kedokteran modern mengetahui proses asal usul
kejadian penciptaan manusia dalam rahim ibunya, Allah SWT sudah terlebih dahulu
mejelaskan perihal kejadian tersebut dalam Al Qur’an seperti dalam surat Al
Mukminun ayat 12-14, dan diperkuat oleh ayat lainnya diantaranya Surat Al Hasyr
ayat 24 yang berbunyi: Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”
Artinya : Dialah
Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai
asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS Al Hasyr : 24)
Pada surat Al
Mukminun ayat 12 -14 Allah SWT menjelaskan bahwa proses penciptaan manusia
dalam rahim ibunya terbagi menjadi 3 fase yaitu:
Fase air mani
Fase
segumpal darah
Fase
segumpal daging
Yang
masing-masing fasenya memakan waktu 40 hari, hal ini dijelaskan dalam sebuah
hadits yang di riwayatkan oleh bukhari:
Artinya :
Dari Abdullah
bin Mas’ud ra.,ia berkata : Rasululla saw bercerita kepada kami, beliaulah yang
benar dan dibenarkan : “Sesungguhnva penciptaan perseoranganmu terkumpul dalam
perut ibunva empat puluh hari dan empat puluh malam atau empat puluh malam,
kemudian menjadi segumpal darah, semisal itu (40 hari = pen) kemudian menjadi
segumpal daging, semisal itu (40 hari = pen), kemudian Allah mengutus Malaikat,
kemudian dipermaklumkan dengan empat kata, kemudian malaikat mencari rizkinya,
ajalnya (batas hidupnya), amalnya serta celaka dan bahagianya kemudian Malaikat
meniupkan ruh padanya. Sesungguhnya salah seorang di antaramu niscaya beramal
dengan amal ahli (penghuni) sorga, sehingga jarak antara sorga dengan dia hanya
satu hasta, namun catatan mendahuluinya, maka ia beramal dengan penghuni
neraka, maka ia masuk neraka. Dan sesungguhnya salah seorang diantaramu,
beramal dengan amal ahli neraka, sehingga jarak antara neraka dengan dia hanya
satu hasta, namun catatan mendahuinya, maka ia beramal dengan amal penghuni
sorga, maka ia masuk sorga. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Sedangkan
dalam surat Al Hasyr Allah menjelaskan bahwa janin sebelum menjadi manusia
sempurna juga mengalami tiga fase, yaitu:
Taswir, yaitu digambarkan dengan bentuk garis-garis, waktunya setelah 42 hari
Al
Khalq, yaitu dibuat bagian-bagian tubuhnya
Al
Baru’, yaitu penyempurnaan terhadap bentuk janin
Kesimpulan
kandungan surat Al Mukminun ayat 12-14 ini antara lain:
Menjelaskan tentang proses kejadian manusia
Allah
memberi kesempatan hidup di dunia kepada manusia
Usia
manusia ditentukan oleh Allah SWT
Manusia diperintahkan untuk memikirkan proses kejadiannya agar tidak sombong
kepada Allah dan sesama manusia
3. Surat Adz
Dzariyat ayat 56
Bacalah surat
Az Zariyat berikut ini dengan fasih dan benar! Teks lihat “google Al-Qur’an
onlines”
Artinya: “Dan
tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah kepadaku.” (QS
Adz Zariyat : 56)
a. Kandungan ayat
Surat Adz
dzariyat ayat 56 mengandung makna bahwa semua makhluk Allah, termasuk jin dan
manusia diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau mengabdikan diri, taat,
tunduk, serta menyembah hanya kepada Allah SWT. Jadi selain fungsi manusia sebagai
khalifah di muka bumi (fungsi horizontal), manusia juga mempunya fungsi sebagai
hamba yaitu menyembah penciptanya (fungsi vertikal), dalam hal ini adalah
menyembah Allah karena sesungguhnya Allah lah yang menciptakan semua alam
semesta ini.
Seperti diutarakan
pada surat Al Mukminun ayat 12-14 bahwa Allah SWT yang menciptakan manusia dari
saripati tanah yang terkandung dalam tetesan air yang hina, yaitu air mani,
oleh karenanya merupakan suatu keharusan bagi manusia untuk menyembah
penciptanya, yang telah menjadikan manusia sebagai makhluk mulia diantara
makhluk lainnya.
4. Surat Al Hajj
ayat 5
Bacalah surat Al
Hajj ayat 5 berikut ini dengan fasih, tartil, dan benar! Teks lihat “google
Al-Qur’an onlines”
Artinya: “Hai
manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu
dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada
yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah
diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami
turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. “ (QS Al Hajj : 5)
B. PROSES KEJADIAN
MANUSIA
Manusia dalam
pandangan Islam tediri atas dua unsur, yaitu jasmani dan rohani. Jasmani
manusia bersifat materi yang berasal dari unsur-unsur sari pati tanah.
Sedangkan roh manusia merupakan substansi immateri, yang keberadaannya dia alam
baqa nanti merupakan rahasia Allah SWT. Proses kejadian manusia telah
dijelaskan dalam Al Qur’anul Karim dan Hadits Rasulullah SAW.
Tentang proses
kejadian manusia, Allah SWT telah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Mukminun
ayat 12 – 14 Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”
Artinya: “Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari
tanah. Kemudian kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudain airmani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan
daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci
Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS Al Mukminun : 12-14).
Tentang proses
kejadian manusia ini juga dapat dilihat dalam pada QS As Sajadah ayat 7 – 9
yang berbunyi: Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”
Artinya : 7.
yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. 8. kemudian Dia menjadikan keturunannya dari
saripati air yang hina. 9. kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke
dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS As Sajadah :
7 – 9)
Dalam hadits
Rasulullah SAW tentang kejadian manusia, beliau bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya 40 hari
sebagai nutfah, kemudain sebagai alaqah seperti itu pula (40 hari), lalu
sebagai mudgah seperti itu, kemudian diutus malaikat kepadanya, lalu malaikat
itu meniupkan ruh kedalam tubuhnya.” (Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari r.a
dan muslim)
Ketika masih
berbentuk janin sampai umur empat bulan, embrio manusia belum mempunyai ruh,
karena baru ditiupkan ke janin itu setelah berumur 4 bulan (4X30 hari). Oleh
karena itu, yang menghidupkan tubuh manusia itu bukan roh, tetapi kehidupan itu
sendiri sudah ada semenjak manusia dalam bentuk nutfah. Roh yang bersifat
immateri mempunyai dua daya, yaitu daya pikir yang disebut dengan akal yang
berpusat diotak, serta daya rasa yang disebut kalbu yang berpusat di dada.
Keduanya merupakan substansi dai roh manusia.
C. PERANAN MANUSIA
SEBAGAI KHALIFAH
Ketika
memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan
penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Pertama,
memakmurkan bumi (al ‘imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya
perusakan yang datang dari pihak manapun (ar ri’ayah).
1. Memakmurkan Bumi
Manusia
mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan Allah SWT. Manusia harus
mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia. Maka
sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan merata,
dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah. Sehingga generasi selanjutnya
dapat melanjutkan eksplorasi itu.
2. Memelihara Bumi
Melihara bumi
dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya sebagai
SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak
dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang
rusak akan sangata potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam itu
perlu dihindari.
Allah
menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia mempunyai tujuan
yang jelas, yakni dijadikan sebagai khalifah atau penguasa (pengatur) bumi.
Maksudnya, manusia diciptakan oleh Allah agar memakmurkan kehidupan di bumi
sesuai dengan petunjukNya. Petunjuk yang dimaksud adalah agama (Islam).
Mengapa Allah
memerintahkan umat nabi Muhammad SAW untuk memelihara bumi dari kerusakan?,
karena sesungguhnya manusia lebih banyak yang membangkang dibanding yang
benar-benar berbuat shaleh sehingga manusia akan cenderung untuk berbuat
kerusakan, hal ini sudah terjadi pada masa nabi – nabi sebelum nabi Muhammad
SAW dimana umat para nabi tersebut lebih senang berbuat kerusakan dari pada
berbuat kebaikan, misalnya saja kaum bani Israil, seperti yang Allah sebutkan
dalam firmannya dalam surat Al Isra ayat 4 yang berbunyi : Teks lihat “google
Al-Qur’an onlines”
Artinya : dan
telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu
akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan
menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar“. (QS Al Isra : 4)
Sebagai
seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan menjalankan fungsi
sebagai khalifah dimuka bumi dengan tidak melakukan pengrusakan terhadap Alam
yang diciptakan oleh Allah SWT karena sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. Seperti firmannya dalam surat Al Qashash
ayat 77 yang berbunyi: Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”
Artinya: dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS AL Qashash : 7)
D. TUGAS MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK
Manusia
diciptakan oleh Allah SWT agar menyembah kepadanya. Kata menyembah sebagai
terjemahan dari lafal ‘abida-ya’budu-‘ibadatun. Beribadah berarti menyadari dan
mengaku bahwa manusia merupakan hamba Allah yang harus tunduk mengikuti
kehendaknya, baik secara sukarela maupun terpaksa.
1. Ibadah muhdah
(murni), yaitu ibadah yang telah ditentukan waktunya, tata caranya, dan
syarat-syarat pelaksanaannya oleh nas, baik Al Qur’an maupun hadits yang tidak
boleh diubah, ditambah atau dikurangi. Misalnya shalat, puasa, zakat, haji dan
sebagainya.
2. Ibadah ‘ammah
(umum), yaitu pengabdian yang dilakuakn oleh manusia yang diwujudkan dalam
bentuk aktivitas dan kegiatan hidup yang dilaksanakan dalam konteks mencari
keridhaan Allah SWT
Jadi, setiap insan
tujuan hidupnya adalah untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena jiwa yang
memperoleh keridhaan Allah adalah k=jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan,
terjauhkan dari kegelisahan dan kesengsaraan bathin. Sedankan diakhirat kelak,
kita akan memperoleh imbalan surga dan dimasukkan dalam kelompok hamba-hamba
Allah SWT yang istimewa. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Hai jiwa
yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhainya.
Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan masuklah ke dalam surgaku.” (QS
Al Fajr : 27-30)
Selama hidup di
dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah. Seluruh
aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepadanya. Islam telah
memberi petunjuk kepada manusia tentang tata cara beribadah kepada Allah.
Apa-apa yang dilakukan manusia sejak bangun tidur samapai akan tidur harus
disesuaikan dengan ajaran Islam.
Jin dan
manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT mempunayi tugas pokok di muka bumi,
yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT. Pengabdian yang dikehendaki oleh Allah
SWT adlah bertauhid kepadanya, yakni bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah.
Jin dan manusia wajib mengesakan Allah dalam segala situasi dan kondisi, baik
dalam keadaan suka maupun duka.
Petunjuk
Allah hanya akan diberikan kepada manusia yang taat dan patuh kepada Allah dan
rasulnya, serta berjihad dijalannya. Taat kepada Allah dibuktikan dengan
menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Taat kepada rasul
berarti bersedia menjalankan sunah-sunahnya. Kesiapan itu lalu ditambah dengan
keseriusan berjihad, berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan harta, tenaga,
waktu, bahkan jiwa.